Selasa, 23 Februari 2010

BONEK SUPPOERTER RADICAL NO 2 DI DUNIA


BONEK ranking dua di dunia di bawah hooligan.'' Kalimat itu merupakan bunyi pesan pendek atau SMS yang diterima puluhan anggota bonek (bondo nekat) di markas Yayasan Suporter Surabaya (YSS). Ada seorang bonek yang menyebarkan SMS itu setelah yang bersangkutan melihat hasil survei CNN yang ditayangkan Kamis (28/1) lalu.

Benarkah? Okto Tyson, aktivis YSS yang sudah 15 tahun mengurusi kelompok suporter Persebaya itu mengakui perilaku anggotanya sangat meresahkan masyarakat. ''Tidak salah, kalau CNN memposisikan suporter bonek di urutan dua dunia di bawah suporter hooligan dari Inggris,'' katanya.

Perilaku bonek di lapangan memang seperti itu, tetapi tidak seluruhnya meresahkan. Keberadaan YSS yang memiliki 5.000 anggota cukup untuk meminimalisasi es perilaku brutal bonek. Sebab, anggota YSS diberikan kartu anggota/KTA, mendapat asuransi dan potongan harga tiket 10 persen saat Persebaya bertanding.

Persoalannya, jumlah bonek sekitar 60 ribu orang. Tidak sedikit dari mereka yang berperilaku brutal, anarkis, cenderung kasar dan keberanian yang berlebihan. Itulah yang membuat masyarakat sekitar Gelora 10 November, Tambaksari, merasa ketakutan setiap kali Persebaya bertanding. Terutama pedagang nasi, warung-warung dan toko-toko lainnya yang jaraknya berdekatan dengan stadion.

Bila Persebaya main pukul 15.00, para pedagang, warung nasi dan toko memilih tutup lebih awal sekitar pukul 10.00. Bila tidak tutup, sudah dapat dipastikan para bonek akan menjarah dagangannya. Demikian juga dengan pengendara mobil yang akan melintas di sekitar Gelora 10 November sudah dapat dipastikan membatalkan niatnya. Kalau pun terpaksa, mereka lebih memilih menggunakan sepeda motor agar lebih aman.

Menurut pembina YSS, Wastomi Suheri, istilah bondo nekat sudah ada sejak dahulu kala. Di pojok-pojok kampung di Kota Surabaya orang mengenal sebutan bonek yang artinya tanpa modal dan hanya mengandalkan kenekatan. Bonek pada era 1945-an sangat positif.

Sebutan suporter bonek bermula saat ada penghimpunan suporter besar-besaran jelang Persebaya bertanding melawan PSIS dalam final kompetisi perserikatan pada era 1987-an. Saat itu Persebaya kalah. Suporter Persebaya mulai berulah dengan merusak apa saja dan menjarah. Namun, saat itu jumlah suporter bonek sangat sedikit, jadi gaungnya tidak terdengar.

Seiring dengan perkembangan Persebaya, jumlah bonek terus bertambah. Apalagi Surabaya memiliki tiga tim, yakni Persebaya, Niac Mitra (Mitra Surabaya) dan Assyabab Salim Group. Berangkat dari itu maka didirikanlah YSS pada 1994. Kehadiran YSS dimaksudkan untuk mengkoordinir suporter ketiga tim. Tujuannya, untuk memperkecilkan permasalahan yang terjadi antarsuporter. Belum lagi Arema, Persema, Persela, Persik dan Persekabpas juga memiliki suporter fanatik masing-masing.

Suporter bonek tidak hanya di Jatim tetapi juga tersebar di beberapa kota lainnya. Yang juga menarik, bonek di Surabaya tersebar hingga ke kampung-kampung. ''Kalau suporter bonek berulah, pasti yang disalahkan YSS. Padahal sebagian besar suporter bonek yang brutal bukan anggota YSS,'' ujar Wastomi.

Untuk mengembalikan citra positif bonek sangat sulit dan diperlukan keterlibatan masyarakat, tokoh masyarakat, klub dan pejabat setingkat wali kota, bupati dan gubernur. ''Klub jangan hanya membina pemain. Mereka juga harus membina suporter,'' kilahnya.

Dalam membenahi suporter, lanjut dia, jangan hanya fokus pada suporter bonek tetapi juga pendukung lainnya seperti Jack Mania. Sebab, sebagian besar suporter memiliki karakteristik yang sama apabila tim kesayangannya kalah.

(Bambang Wiliarto)
dari balipost.com

BONEX-PUNKY community

0 komentar:


  © Blogger templates The Professional Template by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP