Minggu, 17 Januari 2010

BERITA DUKA DARI BONEK CILIK

Nasib nahas menimpa Muhammad Marshal. Bocah berusia 10 tahun itu Sabtu (16/1) tewas terlindas truk di Jalan Wonosari Lor 98. Ternyata, tewasnya anak SD Muhammadiyah 21 itu diawali rasa gembira yang luar biasa setelah Persebaya berhasil membobol gawang Arema.

SEBUAH tenda terpasang di depan rumah di Jalan Endrosono IX/V, Semampir, sore kemarin (17/1). Rumah itu sederhana. Pemiliknya Abadi, kakek Marshal. Satu per satu warga terus berdatangan. Di ruang tamu dan teras berkeramik merah ibu-ibu terus melantunkan doa. Sesekali terdengar suara tangis.

''Marshal memang anak yang baik dan supel. Bahkan, tidak jarang dia menjadi pelindung bagi teman-temannya. Karena itu, banyak yang bersimpati,'' cerita Abadi yang telah merawat Marshal sejak lahir.

Abadi menceritakan, kejadian tragis itu bermula saat pertandingan Persebaya dengan Arema. Marshal, kata Abadi, memang termasuk salah seorang pendukung berat tim kebanggaan warga Surabaya tersebut. Cucunya itu juga tidak ingin melewatkan pertandingan akbar tersebut melalui siaran langsung televisi. Sambil menghabiskan nasi dengan lauk ikan tongkol, Marshal sangat serius menyimak pertandingan dengan hasil akhir 2-0 untuk Persebaya itu.

''Ternyata itu firasat dari Yang Kuasa. Sebab, biasanya anak itu tidak pernah makan sebanyak dan selahap itu,'' kata Abadi sambil terus menyebut asma Allah.

Benar. Momen tersebut memang saat terakhir Abadi menonton sepak bola bersama cucu kesayangannya. Bahkan, Marshal pun tidak sempat mengetahui bahwa kemudian Persebaya menang dengan skor 2-0. Tepat setelah Persebaya mencetak gol pertama, Abadi melanjutkan nonton televisi. Sedangkan Marshal semburat (lari) ke keluar rumah untuk merayakan gol itu dan tidak kembali lagi. ''Saya tidak bisa mengejar,'' ujar kakek yang tidak ingat lagi sejak kapan terkena stroke itu.

Mimpi buruk yang tidak pernah dibayangkan Abadi pun datang. Bak disambar petir, dia dan istrinya, Endang Warsiti, dikabari bahwa Marshal sudah tiada. Hanya berselang 15 menit sejak Marshal keluar rumah merayakan gol pertama Persebaya. ''Neneknya pun langsung semburat untuk melihat Marshal yang katanya mengalami luka di kepala,'' tutur Abadi sambil menahan air mata.

Menurut keterangan warga, bersama tiga temannya, Marshal merayakan gol Persebaya di lahan kosong di Jalan Wonosari Lor 98, seberang gang. Larut dalam euforia, siswa kelas IV SD Muhammadiyah 21 itu naik ke bagian belakang sebuah truk baru tanpa bak yang sedang diparkir.

Sialnya, Budianto, 30, sopir truk itu tidak melihat bahwa Marshal naik ke kendaraannya. Budianto langsung mengendarai truk itu. Bisa jadi karena tidak siap, tubuh Marshal jatuh, lantas tergeletak di kolong truk. Saat itulah, tanpa ampun tubuh Marshal terlindas roda truk. Baru berjalan mundur empat meter, warga sekitar meneriaki sopir truk itu. Sebab, mereka melihat tubuh Marshal yang baru terlindas tersebut.

Sontak, kejadian itu menggemparkan warga sekampung. Karena belum meninggal, warga dan keluarga membawa korban ke RS Al Irsyad. Namun, nasib berkata lain. Bocah yang ikut grup beladiri Tapak Suci itu mengembuskan napas terakhir dalam perjalanan. Jenazah Marshal pun langsung dievakuasi ke RSU dr Soetomo. ''Kepada warga, Marshal sempat minta pemakamannya menunggu ayahnya yang sejak lahir tidak pernah menengoknya,'' ujar mantan guru di sebuah kesatuan Angkatan Laut itu.

Abadi menjelaskan, Marshal memang anak malang. Dia sudah ditinggal cerai orang tuanya sejak lahir. Wenny Aprilianti, ibu Marshal yang juga anak Abadi, bekerja di sebuah hotel di Bali. Sampai saat ini, jejak ayah Marshal tak terlacak. ''Karena itu, saya dan istri yang mengasuh. Sampai-sampai kepada neneknya memanggil dengan sebutan ibu,'' paparnya.

Kini Abadi pasrah. Abadi pun menyatakan tidak bakal mempersoalkan sopir truk yang kini diperiksa polisi. Dia hanya berharap, semua pihak dapat mengambil pelajaran dari peristiwa tragis itu.

BONEX-PUNKY community

0 komentar:


  © Blogger templates The Professional Template by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP